Jumat, 17 November 2017

Manajemen Kas & Surat Berharga


Kas sering disebut sebagai aktiva yang tidak menghasilkan (noearning asset). Kas diperlukan untuk menjaga likuiditas perusahaan, seperti membayar tenaga kerja, membeli bahan baku dan lain sebagainya. Akan tetapi jika kas yang dimiliki disimpan di brankas perusahaan, maka kas tersebut tidak mengahsilkan. Dengan demikian, tujuan manajemen kas adalah untuk menjaga saldo kas perusahaan yang cukup untu menjalankan aktivitas usaha yang normal. Besar kecilnya saldo kas yang dianggap cukup oleh suatu perusahaan tergantung pada karakteristik perusahaan dan manajemen. Namun demikian, secara umum ada beberapa alasan atau motivasi perusahaan untuk mengadakan sejumlah kas.
a.       Motif Transaksi (transaction motive)
Perusahaan mengadakan kas untuk memebuhi kebutuhan yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan perusahaan sehubungan dengan kegiatan operasional perusahaan, seperti membeli bahan baku, membayar upah/gaji karyawan dan sebagainya.
b.      Motif Spekulasi (speculative motive)
Kas untuk spekulasi diperlukan agar perusahaan dapat memanfaatkan peluang bisnis yang menguntungkan, seperti suku bunga menarik, perubahan nilai tukar mata uang dan sebagainya.
c.       Motif Berjaga-jaga (precautionary motive)
Perusahaan mengadakan kas dengan maksud untuk mengamankan kegiatan perusahaan terhadap kondisi yang bersifat tidak pasti, seperti terjadinya bencana alam dan sebagainya.
d.      Motif Saldo kompensasi (compensating balances motive)
Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan untuk mengadakan kas. Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam bentuk rekening giro, sebagai kompensasi atas jasa pelayanan yang diberikan bank kepada perusahaan.

MEMAHAMI FLOAT DALAM MANAJEMEN KAS
Dalam praktek bisnis, suatu perusahaan yang sudah besar pada umumnya menggunakan jasa bank untuk memfasilitasi berbagai transaksi yang dilakukan perusahaan. sering terjadi perbedaan antara saldo kas yang ada dalam catatan buku perusahaan (firm’s bok balance) dengan saldo yang ada pada rekening perusahaan di bank (available balance). Perbedaan inilah yang dikenal dengan istilat float, yang mencerminkan dampak dari adanya cek perusahaan yang masih proses kliring.
o   Disbursement Float
Cek yang ditulis perusahaan akan menimbulkan disbursement float, karena akan menurunkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan, tetapi belum mengubah saldo kas perusahaan di bank sampai dengan cek tersebut diuangkan di bank. Sebagai contoh, PT ABC mempunyai saldo Rp100 juta di bank. Pada tanggal 8 Oktober 2008, perusahaan membeli bahan baku dan membayar menggunakan cek Rp100 juta. Saldo kas pada catatan buku perusahaan akan segera berkurang sebesar Rp100 juta namun Bank tidak mengetahui cek tersebut sampai dengan cek tersebut diuangkan misalnya pada tanggal 15 Oktober 2008. Dengan kata lain sebelum tanggal 8 Oktober 2008, PT ABC mempunyai “zero float”.
Float = Saldo rekening bank – Saldo buku perusahaan
Float = Firm’s available balance – Firm’s book balance
Float = Rp100.000.000 – Rp100.000.000 = Rp0 (zero float)
Posisi PT ABC antara tanggal 8 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2008 adalah :
Disbursement float = Saldo rekening bank – Saldo buku perusahaan
Disbursement float = Firm’s available balance – Firm’s book balance
Disbursement float = Rp100.000.000 – Rp0 = Rp100.000.000,-
o   Collection Float & Net Float
Cek yang diterima perusahaan akan menimbulkan collection float, yang akan segera meningkatkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan (book balance) tetapi tidak segera menimbulkan perubahan pada saldo kas perusahaan di bank (available balance). Sebagai contoh, PT ABC pada tanggal 20 Oktober 2008 yang sebelumnya ttelah memiliki saldo kas Rp100 juta menerima cek dari pelanggan Rp100 juta. Perusahaan mencatat penerimaan cek tersebut pada buku perusahaan sehingga meningkatkan saldo kas sebesar Rp100 juta menjadi Rp200 juta. Akan tetapi tambahan saldo kas tidak Nampak pada saldo kas direkening bank sampai dengan cek tersebut diuangkan ke bank pelanggan misalnya tanggal 30 Oktober 2008. Maka sebelum 20 Oktober 2008 posisi kas PT ABC adalah :
Float = Saldo rekening bank – Saldo buku perusahaan
Float = Firm’s available balance – Firm’s book balance
Float = Rp100.000.000 – Rp100.000.000 = Rp0 (zero float)

Posisi PT ABC antara tanggal 20 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2008 adalah :
Collection float = Saldo rekening bank – Saldo buku perusahaan
Collection float = Firm’s available balance – Firm’s book balance
Collection float = Rp100.000.000 – Rp200.000.000 = – Rp100.000.000,-

Pada umumnya aktivitas pembayaran (disbursement) akan menghasilkan disbursement float dan aktivitas pengumpulan (collection) akan menghasilkan collection float. Jumlah dari disbursement float dan collection float disebut dengan ”Net Float” yang pada waktu tertentu menunjukkan seluruh perbedaan antara saldo kas pada rekening bank dengan saldo kas pada buku perusahaan. Jika Net float positif, berarti disbursement float lebih besar dari collection float, begitupun sebaliknya. Perusahaan seharusnya memperhatikan kondisi Net Float dimana saldo rekening bank lebih besar daripada saldo buku perusahaan.

MANAJEMEN FLOAT
Manajemen float mencakup pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas. Tujuan penerimaan kas adalah mempercepat pemasukan kas dan mengurangi jangka waktu antara saat pelanggan melakukan pembayaran dan saat kas tersedia di perusahaan. Tujuan pengeluaran kas adalah untuk mengendalikan pembayaran dan meminimalkan biaya yang terkait dengan proses pembayaran. Total waktu penerimaan atau pengeluaran kas dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu :
1.      Mailing Time adalah bagian dari proses penerimaan dan pembayaran, saat cek masuk dalam system pengiriman.
2.      Processing Delay adalah waktu yang diperlukan penerima cek untuk memproses pembayaran dan menyimpan di bank.
3.      Availability Delay adalah waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek dalam system perbankan.
Mengukur Float
Besar kecilnya float tergantung pada jumlah dollar atau rupiah dan waktu penundaan. Sebagai contoh, misalkan perusahaan anda mengirim cek senilai Rp500 ribu setiap bulan. Dibutuhkan waktu lima hari waktu pengiriman untuk sampai di tempat tujuan (mailing time), dan satu hari bagi penerima untuk menyampaikan cek kepada bank (processing delay). Bank penerima memproses cek selama tiga hari (availability delay). Dengan demikian, total waktu adalah 9 hari. Dari kasus ini, berapa rata-rata disbursement float perhari? Pertama, perusahaan anda mempunyai Rp500 ribu float selama Sembilan hari maka Rp500.000 x 9 hari = Rp4.500.000,-. Kedua, jika di diasumsikan 1 bulan = 30 hari, maka rata-rata float perhari (Average daily float) adalah Rp4.500.000/30 hari = Rp150.000,-. Hal ini berarti bahwa rata-rata perhari saldo buku perusahaan (book balance) adalah Rp150.000 lebih rendah daripada saldo rekening bank (available balance).
Biaya Float
Biaya yang timbul dengan adanya collection float bagi suatu perusahaan adalah berupa opportunity cost karena perusahaan tidak dapat segera menggunakan kas. Paling tidak perusahaan dapat memperoleh bunga, jika kas tersedia untuk investasi. Sebagai contoh, PT XYZ mempunyai rata-rata penerimaan cek per hari Rp1.000.000,- dan rata-rata tertimbang penundaan selama 3 hari. Dengan demikian, rata-rata float perhari (average daily float) = 3 hari x Rp1.000.000 = Rp3.000.000,-. Hal ini berarti ada Rp3.000.000 dana yang tidak menghasilkan bunga dalam satu hari.
MANAJEMEN PENGELUARAN KAS
Dari sudut pandang perusahaan, tujuan dari pengelolaan disbursement float adalah untuk memperlambat pengeluaran kas. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan mail float, processing float dan availibity float atas cek yang ditulis perusahaan. Disamping itu, perusahaan juga harus mengembangkan prosedur untuk meminimumkan kas untuk tujuan pembayaran.
o   Meningkatkan Disbursement Float
Sebagaimana telah dipahami, memperlambat pembayaran dapat mencakup waktu pengiriman cek, pemrosesan cek, dan pengumpulan dana. Disbursement float dapat ditingkatkan dengan menulis cek atas bank yang secara geografis lokasinya jauh. Hal ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek melalui system perbankan.
o   Pengendalian Pengeluaran
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa memaksimalkan waktu penundaan pembayaran mungkin merupakan praktik bisnis yang kurang baik. Namun demikian perusahaan tetap berkeinginan untuk menahan kas yang sekecil mungkin untuk pembayaran. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan system yang dapat mengelola proses pembayaran secara efisien. Dasar pemikiran system yang demikian adalah perusahaan tidak boleh memiliki kas yang disimpan di bank melebihi jumlah minimum yang diperuntukkan untuk mebayar tagihan.
o   Saldo kas nol (Zero-balance accounts)
Dalam system zero-balance accounts, perusahaan bekerjasama dengan bank membuat satu master account dan sejumlah subaccount. Ketika cek yang ditulis di salah satu subaccount harus dibayar, maka jumlah dana yang diperlukan ditransfer dari master account. Dengan cara demikian, maka saldo kas pada subaccount tidak perlu ada atau nol.
o   Pengendalian disbursement accounts
Dalam system ini semua pembayaran yang harus dilakukan pada hari tertentu telah diketahui pada pagi harinya. Bank memberitahu perusahaan, jumlahnya uang yang harus dibayar dan perusahaan mentransfer (biasanya menggunakan wire transfer) jumlah uang yang dibutuhkan.

Tidak ada komentar:

Terpopuler